Tiga Alasan Menjadi Pemimpin

oleh : Sutiyo Putra Gentakarya, Gentakarya Sales Consulting

"Pemimpin besar justru dikembangkan dari orang kecil dan dibentuk dalam waktu yang lama"

Salah satu alasan mengapa karyawan meninggalkan pekerjaannya meskipun sudah diberi kompensasi yang tinggi adalah sikap supervisor atau manajer. Alih-alih memotivasi dan memimpin tim mereka untuk untuk mencapai tujuan kelompok, banyak supervisor dan manajer sibuk menegakkan kekuasaan terhadap bawahan mereka.

Yang lebih tragis lagi, bukannya membantu rekan kerjanya untuk tumbuh dan mencapai tujuan, dia hanya bisa memerintah bawahannya serta enggan untuk berbagi pengetahuan dan ketrampilan kepada orang lain.

Jika anda memiliki supervisor dan manajer seperti ini diperusahaan Anda, pasti akan ada karyawan yang keluar masuk (turnover) sebelum mereka bekerja lama di perusahaan Anda.

Raja, pangeran dan bahkan sultan adalah pemimpin-pemimpin yang dilahirkan. Namun, pemimpin besar justru dikembangkan dari orang kecil dan dibentuk dalam waktu yang lama. Tak seorangpun mempunyai hak istimewa untuk menjadi pemimpin tanpa menunjukkan prestasi.

Perlu diingat bahwa penguasa belum tentu pemimpin besar. Untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat, pertama-tama Anda harus menjadi follower terlebih dahulu.

Berikut adalah tiga alasan mengapa seorang pemimpin (leader) haru menjadi pengikut (follower) terlebih dahulu:

  • Lebih memahami nasib bawahan. Seorang pemimpin yang merintis dari bawah biasanya mengetahui dan memahami nasib bawahannya. Anda tidak akan hanya dapat berempati terhadap bawahan Anda, tetapi juga Anda akan mampu mengetahui trik-trik "rahasia" mereka ketika bekerja. Anda akan tahu kapan harus menunjukkan belas kasih dan kapan harus tegas menegakkan aturan.  Kita tentu mengetahui ada jenis karyawan yang memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan. Karyawan jenis ini selalu mencari cara agar pekerjaan mereka dipermudah atau diperingan bahkan ketika output yang mereka hasilkan tidak memuaskan. Mereka selalu mencoba  "mencuri" sumber daya milik perusahaan seperti waktu dan kesempatan. Jadi seorang pemimpin yang akrab dengan seluk beluk dan proses kerja diperusahaannya akan memiliki keunggulan yang lebih baik sehingga mudah "menjinakkan" bawahannya yang suka membandel.
  • Memimpin dengan contoh teladan. Banyak karyawan merujuk pada supervisor atau manajer yang tahu cara memimpin dengan teladan. Jika Anda ingin bawahan mengikuti aturan organisasi atau perusahaan, Anda harus menjadi orang pertama yang mengikuti aturan atau perintah itu. Misalnya, bos yang selalu terlambat dan tidak dapat hadir, tidak dapat mengharapkan bawahan mereka sukarela datang tepat waktu. Disisi lain, jika bos datang ke kantor pada pagi hari, karyawan tidak akan memiliki alasan untuk datang terlambat tanpa alasan yang jelas.
  • Mendapatkan rasa hormat. Banyak orang yang percaya bahwa dihormati oleh orang lain itu harus diperjuangkan. Jadi jika Anda adalah seorang pemimpin dari sebuah perusahaan, tidak secara otomatis bawahan-bawahan Anda akan menghormati Anda. Anda harus mempunyai alasan untuk dihormati. Agar dihormati, Anda harus menjadi seorang pemimpin yang rendah hati.
Salam Antusias!

sumber : Koran Tempo, 19 Mei 2010

Comments