Bagaimana Menyikapi Orang Yang Pindah Agama

. Dalam kehidupan saya sebagai salah satu dari masyarakat Indonesia yang majemuk, sudah sering saya melihat seseorang berpindah suatu keyakinan agama ke keyakinan agama lainnya. Baik dari Nasrani menjadi Muslim, Hindu menjadi Nasrani, Muslim menjadi Budhist, atau bahkan menjadi Atheis atau tidak memeluk agama apapun. Tidak hanya masyarakat biasa, tetapi juga ada dari kalangan orang terkenal seperti pejabat, artis, hingga pemuka sebuah agama. Namun hal ini jadi ramai lagi karena seorang artis yang melepas hijab dan seorang mantan ustad yang beralih menjadi pemurtad.

Dari sekian kejadian itu, ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang mereka berpindah keyakinannya. Antara lain:
1. Konsep Ketuhanan yang sesuai logikanya
2. Perilaku pemeluk agama "baru"nya
3. Realita ajaran dengan apa yang terjadi didunianya
4. Utang Piutang
5. Masuk (tanpa sengaja) dalam program pemurtadan

6. Terpaksa
7. Hidayah
8. Pernikahan
9. Perniagaan
10. Keluarga
11. Dll

Saya tidak ingin membahas alasan-alasan tersebut diatas karena bisa panjang sekali dan terkadang bisa menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang. Saya hanya ingin membahas sesuai judul artikel ini tentang bagaimana menyikapi orang yang pindag agama.

Bagi saya, yang Alhamdulillah seorang Muslim, pindah agama adalah hak asasi manusia yang bahkan Allah Subhanna Wa Ta'ala sendiri memberikan kebebasan dengan konsekuensi bahwa setiap perbuatan akan ada balasannya sesuai berat ringannya kesalahan tersebut dan azab Allah sangatlah pedih.

Dari sudut pandang saya sebagai Muslim, orang murtad adalah kedurhakaan yang paling dahsyat. Kita ini jikalau tidak mau mengakui orang tua kita pasti akan dimurkai oleh orang tua kita, bahkan bisa jadi akan diusir dari rumah. Lalu bagaimana jika seorang makhluk ciptaan bernama manusia tidak mengakui Allah Azza Wa Jalla sebagai pencipta dirinya? Bukankah ini sebuah kedurhakaan yang dahsyat?

Analogi lainnya: Bagaimana perasaan seorang pemilik perusahaan yang tidak diakui keberadaannya oleh karyawannya sendiri? Atau jika Anda seorang pencipta lagu tetapi hak cipta lagu Anda justru diakui atau di aku-kan ke pihak lain? Saya yakin Anda akan marah besar bukan?


Tetapi pada akhirnya, semua kembali kepada pribadi kita masing-masing. Hidup ini pilihan. Kita memilih dunia yang dipenuhi tipu daya ini ataukah akhirat yang dijanjikan banyak kenikmatan yang bahkan tidak pernah terbersit dalam pikiran kita. Allah Subhanna Wa Ta'ala sendiri sudah berjanji akan memberikan nikmat atau azab tergantung amal ibadah kita masing-masing. Kita dibekali oleh Allah pikiran, hati dan jiwa agar bisa membaca ayat-ayat-Nya baik yang tersurat ataupun yang tersirat.

Sikap kita kepada mereka yang berpindah keyakinan adalah tetap berbuat baik, senantiasa mengingatkan, mendoakan, semoga hidayah Allah yang bertebaran di sekitar kita ini mampu difahami kembali sehingga mampu membawa dirinya kepada kebenaran yang hakiki.

Me-bully tidak akan membuat seseorang menemukan sisi baik dari apa yang kita sampaikan. Itu justru terkadang membuat orang tersebut semakin kuat keyakinannya bahwa apa yang ditempuhnya adalah benar. Salah satu kekuatan agama adalah perilaku dari para pemeluknya. Bagaimana mungkin agama membawa kedamaian jika disampaikan dengan cara yang tidak mendamaikan?



Comments