Sadar Diri Sadar Posisi

Ilustrasi: mauhijrah.com
Salah satu nasehat yang pernah saya terima adalah "Jadilah Diri Sendiri". Jangan jadi orang sebagaimana orang lain inginkan. Tapi dalam perjalanan hidup ternyata menjadi diri sendiri itu sulit bagi saya karena itu memang sangat sulit. Karena yang saya tahu sejak awal diri ini tidak pernah sendiri. Selalu ada keterlibatan pihak lain. Orang tua, teman, keluarga, saudara, teman, sahabat, dan lingkungan yang berpuncak pada Sang Pencipta diri. Allah.

Pencarian makna menjadi diri sendiri itu kemudian mengalir dan bermuara pada nasehat baru lagi, yaitu "Sadar Diri, Sadar Posisi" seperti judul tulisan ini. Untuk bisa menjadi diri sendiri yang dimaksud nasehat pertama membutuhkan kesadaran terhadap diri itu sendiri. Pertanyaan pertama yang muncul adalah "Siapa saya?". Tentu saja bukan berarti saya lupa nama karena ini bukan soal nama tetapi tentang makna diri kita. Untuk tahu siapa diri kita saja, sampai hari ini saya masih terus mencari...

Tapi perlahan saya mulai memahami tentang diri saya. Untuk satu hal itu saja, saya harus flashback ke masa silam. Belajar lagi tentang manusia. Apa dan bagaimana seorang manusia diciptakan. Asal muasalnya. Bukan keturunan siapa, tetapi merunut pada hakekat penciptaan manusia itu sendiri.

Setelah itu saya mencoba memahami apa yang selama ini menjadi kesukaan saya. Ketertarikan saya pada saat saya kecil. Kemampuan-kemampuan yang saya miliki saat masih menjadi anak-anak. Bagaimana saya mengatasi masalah saat kecil dulu. Dan ternyata itu bisa menjadi bekal saat dewasa.

Pelan tapi pasti, hari ini saya semakin bisa menemukan siapa diri saya yang sebenarnya. Dari situ saya semakin bisa merumuskan tujuan hidup saya dan menemukan posisi diri saya di dunia ini. Posisi diri saat menerapkan suatu hal terhadap diri sendiri, posisi diri saat berhadapan dengan orang lain, posisi diri terhadap lingkungan, dan yang terutama posisi diri saat menghadap Allah.

Sadar posisi yang saya dapatkan adalah posisi sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah tentu saja saya harus membuka diri seluas-luasnya terhadap segala ketentuan Allah. Baik itu yang baik ataupun buruk menurut kita. Tapi jika itu sudah menjadi ketentuan Allah, pasti sesuatu yang baik. Baik buruj itu hanya cover. 

Posisi sebagai seorang suami, ayah, anak, teman, sahabat, warga kampung, dan atau semua hal yang berhubungan dengan diri ini membutuhkan sikap yang berbeda dengan ciri khas diri kita. Itulah yang kemudian membentuk diri (kita) sendiri.

Kombinasi dari bermacam kemampuan, sudut pandang terhadap segala sesuatu, dan pengalaman itulah yang kemudian membentuk diri kita (yang) sendiri. Kombinasi yang ada dalam diri kita itulah yang tidak mungkin sama dengan orang lain hingga bisa disebut sendiri. Berbeda, unik, itu yang lebih enak saya sugestikan kepada diri saya sendiri.

Maka perjanan menemukan diri untuk bisa menjadi diri sendiri bisa kita mulai dari proses Sadar Diri Sadar Posisi. 


*


Comments