Kenapa Bunuh Diri Dilarang


Baru-baru ini dunia kembali di hebohkan dengan berita (diduga) bunuh dirinya seorang bintang K-Pop. Banyak warganet yang juga fans vokalis grup K-Pop tersebut merasa kehilangan. Tapi seperti biasa, selalu saja ada yang komentar-komentar yang bernada pro dan kontra.

Sebuah hal yang wajar jikalau seseorang merasa kehilangan apabila ada orang yang dicintainya meninggal dunia. Semakin cinta, pasti akan semakin sedih. Padahal, dalam kehidupan kita di dunia, kita akan selalu menyaksikan proses datang dan perginya insan manusia dengan beragam cara dan latar belakang. Karena itulah kita diberi nasehat oleh untuk mencintai dan membenci sewajarnya saja agar kita tidak terlalu “goyah” saat situasi berubah atau berkebalikan kondisinya.

Tapi dalam tulisan kali ini saya hanya ingin membahas kenapa bunuh diri dilarang. Tidak akan berkomentar tentang kondisi pelaku bunuh diri karena itu hanya si pelaku dan Allah Subhanna Wa Ta’ala yang tahu alasan sebenarnya.

Dasar pertama kenapa bunuh diri dilarang dalam agama Islam karena Allah sudah menyampaikan melalui Al-Qur’an Surat An Nisa ayat 29-30 yang artinya:”Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Dasar kedua: Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam  dalam Hadist Riwayat Buhakri Muslim No. 615, Muslim No. 110 yang artinya: “Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat.” 

Hadist lainnya: “Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu kelak akan berada ditangannya dan akan dia gunakan untuk menikam perutnya sendiri di dalam neraka Jahannam, kekal disana selama-lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka kelak ia akan meminumnya sedikit demi sedikit di dalam neraka Jahannam, kekal disana selam-lamanya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, maka ia akan dijatuhkan dari tempat yang tinggi di dalam neraka Jahannam, kekal disana selama-lamanya” (Hadist Riwayat Bukhari No. 5778, Muslim No. 109).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin juga menjelaskan: “Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di neraka Jahannam. Artinya seseorang yang bunuh diri pasti akan masuk neraka Jahannam” (Syarhu Al Kabair, 109)

Bagi seorang Muslim, sudah cukup kiranya jika dalil-dalil tersebut diatas menjelaskan kenapa bunuh diri dilarang. Janji Allah akan hukuman yang berat yang akan ditimpakan di akhirat nanti seharusnya sudah cukup untuk mencegah seorang yang beriman untuk tetap bertahan dalam keadaan apapun.

Kerugian Pelaku Bunuh Diri

Berdasarkan dali-dalil diatas, sudah pasti pelaku bunuh diri akan mengalami kerugian. Kerugian mereka adalah mereka sudah tersiksa dalam hidupnya karena masalahnya tersebut, rugi karena tersiksa pada saat sakaratul mautnya, dan yang paling merugikan adalah dia dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dan terancam kekal didalamnya.

Dalam beberapa kajian, jika pelaku bunuh diri seorang Muslim yang pernah berikrar “Laa Ilaaha Illallah” tetaplah seorang Muslim yang masih punya peluang masuk surga. Namun disebutkan pula bahwa waktunya tergantung Allah sebagaimana dosa-dosa maksiat lainnya.

Agama dan Tingkat Bunuh Diri

Dalam sebuah studi statistik oleh Miles E. Simpson dan George H. Conklin, “Sosio-economic Development, Suiceide and Religion: A Tes of Durkheim’s Theory of Religion and Suicide” menyimpulkan bahwa angka bunuh diri kaum Muslim sangat rendah dibandingkan negeri-negeri yang menganut paham sekulerisme dan atheisme, bahkan dibandingkan dengan penganut agama-agama lain.

Bagaimana agama (Islam) bisa menurunkan angka kematian karena bunuh diri?

Dalam Islam, kita akan belajar ilmu Tauhid yang mengajarkan bahwa ada Allah yang akan memberikan nikmat bagi hamba-Nya yang sabar. Bahkan akan diberikan kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang menjadikan shalat dan sabar sebagai media pertolongan Allah dalam menghadapi semua cobaan di dunia ini.

Analoginya kira-kira seperti ini:

Kita, sebagai manusia, akan merasa gembira dan lega tatkala saat menghadapi masalah kemudian ada teman, saudara, atau sanak famili menolong kita. Minimal berjanji menawarkan bantuan meskipun mungkin ada syarat-syarat yang harus kita penuhi agar teman, saudara atau sanak famili kita mau memberikan bantuannya.

Dengan konsep yang sama, maka seorang Muslim akan merasa lega dan bahagia saat Allah sudah memberikan janji yang sudah pasti ditepati oleh Allah tatkala dirinya mengalami masalah hebat. Syaratnya apa? Sabar, shalat, ikhtiar, tawakal, su’udzon kepada Allah dan lain-lain.

Bagaimana tidak tenang, lega dan bahagia? Dengan cara kita bersabar dan mau menjalani syarat-syarat tersebut kemudian Allah berikan balasan berupa surga yang keindahannya, kenikmatannya saja tak pernah terbayangkan didunia. Hal itulah yang sanggup membuat seorang Muslim kuat menghadapi cobaan hidup sesulit apapun. Berbeda dengan orang-orang yang anti Tuhan. Mereka akan bingung mencari ke satu manusia ke manusia lain hingga kemudian saat dia tidak menemukan solusi, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri karena merasa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.

Hidup adalah perjuangan

Dunia ini bukan tujuan. Isi dunia adalah ujian yang harus diperjuangkan terus menerus sampai “masa berlaku” kita habis. Meninggal dunia adalah pintu baru menuju perjalanan kita berikutnya. Jangan sampai pola pikir kita salah menganggap bahwa dunia ini adalah tujuan akhir sebuah perjalanan yang saat kita meninggal semuanya akan ikut berakhir. Sama sekali tidak. Justru dunia ini baru awal dari perjalanan panjang manusia.

Jika kita melakukan kesalahan, kita masih mungkin memperbaikinya selama masih ada umur. Setelah mati, kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya lagi. Inilah ujian bagi manusia yang beriman. Setiap saat yang didapatkan adalah momen untuk memperbaiki diri.
Kesulitan ada untuk dihadapi. Itulah yang akan menaikkan derajat kita dihadapan Allah. Itulah ujian dari Allah Subhanna Wa Ta’ala  untuk menguji sepantas apakah kita untuk jadi khalifah di muka bumi ini.

Jika saat ini kita berjuang habis-habisan untuk dunia, kenapa tidak untuk akhirat? Banyak orang rela berjuang mendapatkan sesuatu didunia ini dengan mengikuti seleksi yang terkadang sulit tetapi bisa juga dilewati semisal ujian menjadi tentara, polisi, PNS ataupun karyawan swasta hingga pengusaha. Bukankah semua itu ada tesnya? Lalu kenapa kita semangat untuk menjalani bahkan bertekad menjadi yang terbaik untuk urusan dunia? Semua itu karena kita dijanjikan sesuatu yang menyenangkan jika kita mampu melewati tes tes tersebut. Begitu bukan? Padahal yang menjajikan hal-hal menyenangkan itu adalah manusia, lembaga yang bakal hilang suatu saat.

Sudah seharusnya hal ini menjadikan kesadaran yang utuh tentang Janji Allah Subhanna Wa Ta’ala yang pasti terjadi melebihi janji manusia ataupun yang lainnya. Inilah modal dasar kaum Muslim sehingga mampu terhindar dari perbuatan bunuh diri yang buruk. Bertahanlah dengan keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti datang. Bahkan jika kita ini harus menderita selama hidup di dunia, peganglah Janji Allah bahwa semua penderitaan itu akan digantikan oleh Allah dengan kenikmatan yang belum pernah terlukiskan oleh panca indera kita di akhirat nanti. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawabi

Comments