Namanya Juga Survey

ILustrasi (Brock University)
Memasuki periode akhir catur wulan kedua tahun 2018, suhu politik di Indonesia semakin tidak bisa diprediksi. Banyak pergerakan boneka-boneka kepentingan yang mengaburkan pandangan para calon pemilihnya. Rakyat disuguhi beragam akrobat menakjubkan. Ada yang silau seperti serangga melihat cahaya ultraviolet, ada pula yang anteng-anteng saja menganggap itu cuma hiburan. Toh tidak ada pengaruhnya juga bagi kehidupan mereka.

Lembaga survei sibuk melakukan simulasi-simulasi. Memberikan data 'seakurat' mungkin tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah. Calon A sekian persen, calon B sekian persen. Basis pemilih sekian, daerah yang dikuasai sekian, yang anu sekian, dan seterusnya.

Katanya pesta, kok ada yang kalah dan menang? Ini pertandingan atau perlombaan? Kalau memang demi bangsa dan negara, kenapa harus ada menang dan kalah. Mbok sudah, saling legowo saja. Kalau perlu saling nawarin. "Kamu saja yang jadi." Kan lebih enak to?

Tapi itu hanya pemikiran rakyat "katro" macam saya saja. Beda dengan orang-orang berpendidikan disana. Bagi mereka menang itu penting. Jangan sampai kalah. Lhah, emang yang dilawan siapa? Bukannya anak bangsa juga?

Berbekal hasil survei, entah benar atau tidak, para 'calon pemimpin' seperti berusaha meyakinkan kepada rakyat bahwa mereka adalah pilihan yang tepat bagi bangsa Indonesia. Lha jaminannya apa?

Survei itu kan cuma cek kosong yang tidak ada isinya apa-apa dan tidak ada pertanggungjawabannya. Emang sudah pernah ada lembaga yang minta maaf jika hasil surveinya keliru? Kalaupun ditanyakan, pasti jawabannya sederhana; "Namanya juga survei. Sampel yang diambil kan hanya sebagian dengan rasio error sekian persen. Dan itu masih wajar." (Pengen misuh, tapi sensor dulu).

Padahal kalau hasil surveinya mendekati hasil sebenarnya, mereka menepuk dada. "Lihat, hasil survei kami. Akurat. Itu membuktikan kredibilitas lembaga survei kami. Kami adalah yang terbaik." (pengen misuh lagi, tapi sensor lagi).

Jadi kalau sekarang saya melihat ada hasil survei di koran atau internet. Mending skip saja. Tidak ada yang bisa dipercaya. Ya.., namanya juga survei.



Comments