Robot Semakin Mendominasi, Bagaimana Nasib (Manusia) Pekerja?

Foto: Suara.com
Sepulang main ke Cikarang dan Cikampek, saya teringat sebuah obrolan menarik seputar dunia industri, robot dan pekerja. Ada beberapa teman ngopi merasa karirnya terancam oleh robot karena pabrik tempatnya bekerja, sebuah perusahaan teknologi asal Korea, baru saja mendatangkan sebuah rangkaian mesin robotic yang akan menggantikan sekitar puluhan bahkan mungkin ratusan pekerja.

Perkembangan industri yang berbarengan dengan perkembangan teknologi menciptakan perubahan besar dalam proses produksi suatu barang. Salah satunya teknologi robot yang tahap demi tahap menggantikan peran manusia. Bahkan di beberapa negara sudah bisa kita temui eksistensi robot di ruang publik.

Kegiatan robot saat ini cukup banyak. Ada yang disetting untuk memasak, membersihkan rumah, merawat orang sakit, mendongengkan cerita, sampai dunia hiburan dewasa (tahulah yang saya maksud... ☺).

Teknologi Humanoid dan Humandroid


Akhir-akhir ini sering terdengar tentang teknologi humanoid yang terus dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar macam Sony, Toyota, hingga NASA dengan beragam keperluan. Humanoid adalah robot berbentuk fisik seperti manusia dan dibangun dengan beragam informasi yang dikumpulkan melalui Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Tujuannya: menciptakan manusia yang bisa dikendalikan.

Saya jadi membayangkan humanoid seperti yang ada di film I, Robot. Hal itu menjadi masuk akal saat ini. Tentu saja kejadiannya tidak akan persis seperti di film itu tetapi teknologi itu menjadi sangat mungkin terwujud dalam waktu dekat. Satu lagi adalah film Terminator yang menceritakan tentang Humandroid. Manusia plus robot. Bukankah transplantasi organ tubuh juga sudah menggunakan teknologi robot?

Jadi bisa dibilang era robot sudah berjalan dan hanya menunggu waktu sampai itu sudah menjadi hal biasa. Bahkan kalau kita mau juur melihat diri kita, kita ini sudah seperti robot dihadapan smartphone kita sendiri.

Nasib (Manusia) Pekerja



Kekhawatiran teman-teman saya di Cikampek dan Cikarang memang sangat beralasan dan bagi saya pribadi, hal itu akan terjadi sebagaimana yang saat ini terjadi. Teknologi sudah membuat beberapa profesi berkurang peminatnya seiring berkurangnya permintaan dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi hampir diseluruh belahan dunia.

Yang bisa saya sarankan kepada teman-teman saya adalah mengembangkan diri. Bisa dalam bentuk mempelajari teknologi atau mengenali kemampuan diri karena bagaimanapun teknologi akan terus berkembang. Tetapi ada satu hal yang juga perlu diperhatikan yaitu kita juga harus mandiri tanpa teknologi. Seperti yang dilakukan seorang ahli bidang IT bahkan merupakan salah satu Eksekutif Facebook yang memilih mengasingkan diri ke hutan lalu hidup tanpa teknologi.

Berikut linknya: Mantan Eksekutif Facebook Sembunyi di Hutan, Alasannya Mengejutkan

Teknologi bisa saja terganggu dalam pengaplikasiannya. Begitu juga kemampuan diri kita. Tetapi minimal kita mandiri tanpa harus bergantung pada alat. Contohnya: Profesi nelayan. Nelayan modern menggunakan berbagai alat untuk menentukan cuaca, angin, navigasi, lokasi memancing dll. Tapi jika sesuatu terjadi pada alatnya, sudah kebingungan untuk menentukan arah kapalnya. Berbeda dengan nelayan tradisional yang menggunakan alam dan sensitivitas "kemampuan" dirinya. Dalam keadaan apapun dia akan mampu menentukan arah perahunya.

Bagi saya, tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti sambil terus berusaha menemukan apa yang tepat bagi diri kita. Jangan terjebak pula pada pikiran bahwa kita harus bekerja di satu tempat dalam jangka panjang. Dunia akan mengalami perubahan terus menerus. Mau tidak mau pekerja sekarang juga harus bisa beradaptasi menghadapi perubahan zaman sehingga tetap mampu bertahan.


.

Comments